Jumat, 18 Maret 2011

Kuliner Kebumen

Sate Ambal

KEBUMEN - memiliki banyak potensi yang luar biasa termasuk dalam bidang kuliner. Satu di antaranya yang telah melegenda adalah sate khas Ambal. Keunikan pengolahan, bumbu, dan citra rasa satenya yang khas membuat Sate Ambal memperkaya khazanah kuliner di Nusantara.




Sate Ambal yang diwariskan secara turun temurun itu saat ini telah menjadi identitas kuliner Kebumen. Generasi penjual sate ambal yang masih hidup saat ini ialah Kasman (70). Kasman memperoleh pengetahuan membuat dari ayahnya bernama pak Sabar. Sedang Pak Sabar yang juga penjual sate belajar orang tuanya bernama Samikin juga merupakan tokoh Sate Ambal.



Pak Kasman merupakan generasi ketiga dari tokoh sate Ambal. Tradisi berjualan sate khas Ambal itu juga dilanjutkan oleh kelima anak Pak Kasman. Mereka membuka warung sate di sepanjang Jalan Deandels di Desa Ambalresmi, Kecamatan Ambal.

Jika Anda melintas di Jalan Daendels, aroma asap pembakaran daging ayam mudah tercium saat melintas di Desa Ambalresmi. Selain itu dengan mudah akan menjumpai papan nama warung sate yang terpampang di pinggir jalan. Dua hal itu menjadi semacam penanda bahwa Ambalresmi merupakan desa sate.

Kebesaran nama Kasman memang menjadi magnet tersendiri. Tidak heran jika papan nama warung sate anak-anaknya masih mencantumkan nama Pak Kasman, sebagai pewaris tradisi pembuat sate ayam Ambal. Di warung sate Bu Klendet misalnya juga masih mencantumkan nama Pak Kasman di papan namanya. Bu Klendet merupakan anak kedua dari lima bersaudara penerus tradisi sate Pak Kasman.

"Hingga saat ini, kami terus menjaga agar citra rasa Sate Ambal tidak berubah," ujar Bu Klendet kepada Suara Merdeka, kemarin.

Seporsi 20 tusuk

Sate ayam khas Ambal, selain cita rasanya khas juga unik karena bumbunya menggunakan tempe kedelai dan gula jawa sebagai campuran. Bumbu yang digunakan tempe kedelai dan gula jawa sebagai campuran. Bumbu yang digunakan adalah cabe merah, ketumbar, kemiri, bawang, merica dan gula merah. Bumbu-bumbu tersebut di ulek sampai halus. Ini tentu berbeda dari sambal sate pada umumnya yang memakai kecap atau bumbu kacang tanah.

Sate ayam kebanyakan menggunakan daging ayam boiler yang diambil bagian dadanya saja. Maklum harga ayam kampung sangat tinggi. Setelah direbus setengah matang, daging ayam ditumpuk pelan-pelan hingga pipih dan terasa empuk. Potongan daging ayam kemudiag dikulet dengan rebusan gula merah yang selanjutnya daging ayam dimasukkan ke dalam tusukan sate.

Penyajiannya sate ambal biasanya dengan ketupat. Namun banyak pedangang yang pragmatis yakni menggantinya dengan lontong bungkus plastik. Penyajian bumbu juga unik yakni tidak ditaburkan di atas sate, melainkan ditempatkan dimangkuk secara terpisah.

Karena kekhasan dan keunikan itulah, Megawati Soekarnoputri saat masih menjabat sebagai presiden menyempatkan mencicipi Sate Ambal. Tidak terkecuali, para pejabat tingkat provinsi hingga kabupaten selalu singgah untuk merasakan kekhasan Sate Ambal.

Berbeda dari sate ayam madura yang disajikan sekitar 10 tusuk per porsi, Sate Ambal menyajikan cukup banyak, mencapai 20 tusuk sate per porsi. Irisan daging ayam yang jauh lebih besar dibanding irisan daging ayam Sate Madura. Satu porsi sate Ambal harganya kisaran Rp. 16.000. Jika terlalu banyak, pembeli juga bisa memesan setengah porsi alias 10 tusuk saja.

Bu Klendet yang mulai mengajarkan berjualan sate anaknya, mengaku dalam sehari, rata-rata bisa memotong 50 ekor ayam. Bahkan saat hari raya Idul Fitri dia bisa memotong ratusan ayam dalam sehari. Maklum selama liburan Lebaran, Jalan Daendels menjadi jalur mudik alternatif. Dengan demikian banyak pemudik yang melintas dan singgah untuk nyate sekaligus melepas lelah. (Supriyanto-84)


sumber : Koran Suara Merdeka

Lanting Kebumen


Lanting adalah makan khas dari kebumen, yang terbuat dari singkong dan beranekaragam bentuk, ada yang bulet, ada yang kaya angka delapan, bahkan seperti angka satu. Dahulu Lanting hanya ada rasa bawang saja, tapi dari waktu kewaktu lanting mengalami penambahan rasa, antara lain rasa keju, jagung bakar, pedas, dan mungkin akan bertambah lagi kelak.
Lanting sekarang ini tidak hanya dikonsumsi oleh orang – orang kebumen, tapi lanting ini sudah merambah ke kota – kota lain, seperti Purworjo, Magelang, Jogjakarta, Purwokerto, Cilacap, dan masih banyak yang lainnya.

0 comments:

Posting Komentar